Friday, April 25, 2014

No Rain No Rainbow (Part 1)

<Sho>

Kuremas kontrak kerja di dalam genggaman tanganku tanpa mengalihkan pandangan dari papan pengumuman audisi di lobi Stasiun Nippon Television, yang sejak pagi telah ramai dikerumuni para staff dan pengunjung lainnya. Kugigit bibir bawahku sambil menahan kesal ketika melihat nama-nama pemeran dalam film terbaru 'Beautiful World' yang lulus audisi akhir.

"Sial!"hanya satu kata itu yang bisa keluar dari mulutku.

Semakin aku melihat papan pengumuman, rasa kesalku semakin memuncak dan kuputuskan pergi dari tempat itu sebelum amarahkku benar-benar meledak dan kutendang papan pengumuman audisi itu.

"Minggir!", aku pergi dengan terburu-buru dan menepik staff lainnya yang menghalangi jalanku.

Kenapa?! Kenapa?! Susah payah aku berusaha mati-matian untuk audisi ini, tapi hasilnya? Aku tidak mendapatkan pemeran utama. Ya, hanya pemeran pembantu dalam film 'Beautiful World'. Semua waktuku, tenagaku, bahkan hobiku sudah kukorbankan demi mendapatkan peran utama. Jika aku bisa mendapatkan peran utama ini, jalanku menuju Hollywood akan terbuka lebar dan tawaran untuk bermain dalam film 'The Amazing Spiderman 3' pun tinggal menunggu waktu.

Supporting Actor sebagai sahabat baik Sang Pemeran Utama.

"Cih!", kutendang kaleng kosong yang menghalangi jalanku.

Orang yang mengalahkanku dan mendapatkan peran utama adalah seseorang yang amat sangat kubenci.

Matsumoto Jun.

Mengingat namanya saja sudah muak, melihat wajahnya pun akan membuatku frustasi, apalagi ketika aku mengetahui bahwa dia mengalahkanku dan menghancurkan impianku untuk pergi ke Hollywood.

Matsumoto Jun, aktor, model, penyanyi, dan tentunya satu grup denganku dalam ARASHI, selebriti populer tidak hanya di kalangan cewek-cewek, tapi cowok-cowok pun banyak yang kagum padanya, dalam arti positif tentunya. Bukan hanya itu, para sutradara dan produser di dunia entertainment pun menaruh harapan besar pada aktor bergaya cool itu.

Selain itu, dia kaya raya, ayahnya seorang pengusaha sukses, berlimpah harta, pergaulannya luas, semua hal yang dimilikinya akan membuat banyak orang iri.

Yang membuatku kesal adalah Jun tak pernah terlihat kesulitan, terutama dalam belajar akting. Jika waktu audisi sudah dekat, aku pasti kalang kabut belajar mati-matian. Semua hobi, waktu bermain dan kesenanganku akan kutunda demi bersabar hingga waktu audisi selesai.

Aku bisa sejajar dengannya dan aktor-aktor papan atas lainnya pun dengan usaha mati-matian. Ya, awalnya aku hanya seorang pemuda miskin yang mengandalkan usaha keras agar impianku menjadi selebriti papan atas dan Go International bisa terwujud. Kedua orangtuaku yang hanya petani di desa kecil dan tidak sanggup membiayaiku untuk mengikuti kelas-kelas akting atau sekolah-sekolah khusus lainnya. Aku juga tidak mau membebani mereka. Tapi, karena aku ingin nasibku berubah menjadi lebih baik, akupun berusaha sekuat tenaga.

Tapi, seorang Jun tidak perlu mengorbankan apapun. Dia tetap santai meskipun waktu audisi telah dekat. Pergi ke tempat audisi, hanya duduk-duduk sambil melamun mendengarkan penjelasan para staff atau sutradara, sesekali dia membolak-balik skenario tidak jelas, lalu pulang. Terkadang nongkrong dengan teman-temannya atau karaoke, setelah itu kembali ke rumah dan tidur. Begitu pula esok harinya, nampaknya rutinintas seorang Matsumoto Jun hanya begitu-begitu saja.

Tidak pernah kulihat dia mati-matian belajar, mencari data di perpustakaan, menghapalkan dialog,  atau bahkan mengikuti kelas akting hingga larut malam.

Tapi, DIA BISA MENGALAHKANKU! Dan mendapatkan PERAN UTAMA itu!!

Mengingat paran utama itu, rasa kesalku kembali muncul. Kutarik napas dalam-dalam dan menghembuskannya perlahan. Kulirik mini market yang tidak jauh di depanku dan kuputuskan untuk membeli sekaleng kopi dingin untuk menenangkan pikiran.

Awalnya, kupikir Jun berbuat curang dengan kekayaan yang dimilikinya. Ia menyogok sutradara atau produser, mengancam mereka dengan kekuasaan ayahnya, atau cara kotor lainnya, agar Jun bisa selalu mendapatkan peran utama dengan mudah. Namun, semua itu ternyata hanya khayalanku dengan rasa iri belaka.

Setiap kali aku mengikuti audisi yang sama dengan Jun, ia selalu dapat menunjukkan aktingnya dengan baik atau lebih tepatnya brilian! Selalu dapat mengekspresikan berbagai macam peran seperti yang diminta sutradara. Semua peran yang harus kulatih berminggu-minggu dapat dilakonkan dengan cemerlang tanpa kesulitan berarti.

Kuteguk kaleng kopi latte hingga habis, lalu kulemparkan kaleng kopi yang telah kosong itu ke tempat sampah di luar mini market. Meleset, dan kaleng itu terhempas ke sebelah tong sampah.

"Bahkan melempar kaleng kosong saja aku meleset, sama seperti hasil audisiku.", keluhku sambil mengambil kaleng kopi kosong tadi dan memasukkannya ke tong sampah dengan benar. Aku pun berjalan lunglai menuju apartemen sambil menghela napas.

Selamat tinggal Hollywood, desahku.

 (Don't be sad, Sho-chan....)



<Jun>

"Yosh!", kukepalkan tanganku dan tersenyum lebar begitu melihat hasil audisi akhir yang terpampang di papan pengumuman kampus.

Pemeran utama : Matsumoto Jun

Aku sendiri pada awalnya tidak begitu berharap bisa mendapatkan peran utama. Bisa mendapatkan peran sebagai supporting actor saja sudah untung, pikirku. Yah, mungkin Dewi Fortuna sedang baik padaku, atau ada malaikat yang hinggap di pundakku saat audisi akhir kemarin.

Ungkapan yang terakhir, kudapat dari temanku yang selalu ceria, Aiba Masaki. Dia memang selalu bisa memikirkan hal-hal ajaib. Dasar, miracle boy.
Tanpa sadar aku cekikikan sendiri ketika mengingat teman baikku yang selalu ceria dan polos itu.

Sebelum pergi meninggalkan papan pengumuman itu, aku sempat melirik nama orang yang ada di bawah namaku, Sakurai Sho.
Hmmm, Sho yang satu grup dengaku di ARASHI adalah seorang yang rajin dan berambisi agar bisa Go International ke Hollywood dan kudengar sedang berjuang agar bisa ikut berperan dalam film 'The Amazing Spiderman 3' yang akan rilis dua tahun mendatang. Aku sering melihatnya datang paling awal saat audisi, mendengarkan dengan seksama penjelasan dan nasehat sutradara, mengerjakan semua tugas dan permintaan sutradara dengan baik dan tipe pekerja keras. Diam-diam aku kagum dengan ketelatenan Sho.

Baru saja aku memikirkan tentang Sho, secara kebetulan aku melihat orang yang kupikirkan barusan keluar dari sebuah mini market. Kulihat dia melempar kaleng kopi kosong ke tempat sampah, tapi meleset. Kesal karena lemparannya meleset, Sho mengacak-acak rambutnya untuk melampiaskan kekesalannya dan dengan bersungut-sungut berjalan menghampiri kaleng kopi yang meleset tadi untuk membuangnya ke tempat sampah dengan benar.

Aku tersenyum kecil melihat tingkahnya yang seperti anak kecil itu. Sho yang biasa kulihat selalu nampak serius dan tenang, tapi yang barusan itu benar-benar pertama kali kulihat. Sho rashikunainaa--, gumamku.

Kulihat ia berjalan gontai sambil tertunduk lesu. Aku yang saat itu memang sedang tidak punya tujuan, entah kenapa ingin menghampirinya.
Aku berlari kecil untuk mengejar langkah Sho yang tidak bersemangat itu.

"Yo!", sapaku sambil menepuk pundak Sho. "Kok lesu, Sho-chan?"

Yang disapa hanya menoleh dan memalingkan mukanya tanpa menjawab sedikitpun.

"Kenapa lesu? Audisi kan sudah selesai, harusnya kamu gembira karena kita bisa bersenang-senang sekarang." aku terus nyerocos tanpa memedulikan delikan mata Sho.
"Hey, Sho-chan, selamat untuk hasil audisi akhirmu ya. Kita sama-sama akan main di film Beautiful World. Uwaahhh--- aku senang bisa main film bareng Sho.." aku mengungkapkan rasa senangku pada Sho sambil tersenyum lebar.

Tapi bukannya tersenyum atau senang, Sho mendelikkan matanya dan memandangku dari atas ke bawah.

"Hmm?" aku mengangkat sebelah alisku.

Sho tiba-tiba menghentikan langkahku dan berhenti tepat di depanku. Ia memajukan wajahnya sehingga wajah kami jadi saling berdekatan.
Sho memandangku dengan matanya yang bulat dan sorotan tajam. Ia menggigit bibir bawahnya, seperti sedang menahan sesuatu.

"Eh, ada apa Sho?"

Sho hanya menarik napas panjang.

Aku semakin bingung.

Tiba-tiba Sho menarik kerah bajuku hingga wajahku semakin dekat dengan wajahnya.

"Dengar ya, Matsumoto Jun! Kamu tidak usah sok-sok akrab denganku. Kamu tidak usah sok senang karena akan main film bersamaku atau memuji-muji soal audisi. Kenapa?! Mau pamer, hah?! Mentang-mentang kamu mendapatkan peran utama? Dan aku hanya supporting actor yang selalu menjadi bayanganmu?!"

Aku melongo mendengar seorang Sho yang selalu tenang berteriak-teriak di hadapanku.

"Dan impianku mendapatkan peran di The Amazing Spiderman 3 serta Go International ke Hollywood pupus sudah. Kau puas sekarang, Matsumoto?!" Sho terengah-engah setelah meneriakkan kekesalannya padaku. Sho melepaskan cengkeramannya dan aku berusaha membetulkan letak kerah kemejaku yang tadi ditarik Sho.

"Eh, aku tidak bermaksud begitu. Aku justru kagum padamu, beda denganku yang tidak....." aku mencoba menenangkan Sho.

"Beda denganmmu?! Iya aku memang beda denganmmu yang jenius dan memiliki segalanya. Tanpa bersusah payah, kamu bisa mendapatkan peran utama. Beda denganku yang harus berusaha mati-matian!!!" Sho salah menangkap maksudku dan semakin berang.

"Sho...." aku mencoba menyentuh bahunya untuk menenangkannya.

"Minggir! Jangan sentuh aku! Dasar Tuan Muda Menyebalkan!" Sho menampik tanganku dan berbalik meninggalkanku.

Ketika aku bermaksud mengejar Sho untuk meminta maaf, tiba-tiba Sho membalikkan badannya, "Dan jangan sekali-kali memanggilku Sho-chan! Cuma Aiba yang boleh memanggilku begitu, BAKA!"

(Kalian harus akur, donk....)



”道の無い道を歩いてゆくのさ だって明日が来るOh yeah
悔しさの涙も虹に変わってるよ いつか雨は止むAll right”
(Ku berjalan di jalanan yang tidak nampak, lagipula hari esok akan datang oh yeah
Rasa kesal dan airmata itu pasti akan berganti, suatu hari hujan itu pun akan reda all right)
<Arashi - Dear My Friend>



(Yipiiii, my first fanfic akhirnya kelar juga. Tadinya pengen pair SatoJun, tapi entah kenapa malah jadi Sakumoto. Soalnya, Ohno ngga cocok jadi cowok rajin dan pekerja keras *digeplak Ohno*
Sho-chan maapkan akuuuu, harusnya yang galak itu MatsuJun. Tapi kali-kali pengen juga liat Sho galak :D)


No comments:

Post a Comment