"Ranselku masih di apartemenmu, nanti jam 5 sore kuambil ya." suara Jun di telepon terdengar lebih bersemangat daripada kemarin malam saat ia datang ke apartemenku untuk menginap.
"Oke. Aku sudah ada di rumah kok. Datang saja kapanpun." aku menjawab.
KLIK
Kulirik jam yang tergantung di dinding kitchen. Pukul 4.30. Setengah jam lagi MatsuJun akan datang untuk mengambil ranselnya. Kumasukkan beberapa sayuran segar, kol, lettuce, wortel, daun bawang dan beberapa lembar daging sapi tipis. Menu sore ini adalah Nabe.
Hujan rintik-rintik membasahi jendela apartemenku. Sudah 30 menit tapi hujan belum juga berhenti, maka kuputuskan untuk membuat nabe yang cocok disantap saat dingin dan hujan seperti hari ini. Kebetulan MatsJun pun akan datang jadi kami bisa makan bersama.
Aku mungkin tidak sepandai Jun dalam memasak, tapi untuk membuat nabe tidaklah sulit. Hanya perlu memotong-motong sayuran, memasukkannya ke panci nabe lalu menambahkan beberapa bumbu atau shoyu. Aku yang tidak terampil pun bisa membuatnya dengan mudah.
Setelah semua bahan makanan siap dalam panci nabe, kurapihkan meja di depan kitchen, kuletakkan kompor gas portable dan di atasnya panci nabe yang sudah siap kutumpangkan di atas kompor gas. Mangkuk kecil, rice cooker berisi nasi yang telah matang dan shoyu pun tak lupa kusiapkan. Sip! Tinggal menunggu MatsuJun.
Dari balik jendela apartemen, kulihat sosok MatsuJun keluar dari dalam taksi. Oh, cepat juga dia, pikirku. Kulihat Jun tidak membawa payung, dan tanpa dikomando aku pun bergegas membawakannya payung, melesat menuju pintu luar dan menjemput Jun yang berlari-lari kecil dari halaman apartemen menuju gerbang.
"Hai, Jun!" sapaku sambil membentangkan gerbang dan memberikan payung padanya. Karena di rumahku hanya ada satu payung, kami pun berpayungan berdua hingga memasuki gedung apartemen. Kami berdua langsung masuk menuju apartemenku.
Alih-alih langsung masuk, Jun malah berdiri di hadapanku. Titik-titik air hujan menempel di rambut dan keningnya.
"Hai, Sho-kun. Aku senang bisa cepat sampai dan bertemu denganmu." Pipiku sontak memanas dan entah kenapa perasaanku tidak karuan. Perasaan apa ini?
Kupikir Jun diam dulu di depan pintu apartemenku untuk mengeringkan bajunya yang sedikit basah oleh air hujan tadi. Aku terkejut karena tiba-tiba ia menarik tanganku masuk ke apartemen. Terpontang-panting aku mengikuti langkahnya.
Setelah kami di dalam ia menutup pintu, mendorongku ke tembok lalu menekanku dengan tubuhnya sehingga seluruh permukaan punggungku menempel sempurna pada tembok. Jarak wajah kami sangat sangat berdekatan, hingga aku bisa merasakan hembusan napasnya di wajahku. Jun diam untuk beberapa saat, ia hanya menatapku, lalu tersenyum memperhatikanku. Jantungku semakin berdebar-debar saat menanti apa yang akan ia lakukan.
"Ng....a-aku tadi bikin nabe. Ki-kita makan yuk." ujarku tergagap-gagap.
"Nanti saja."
"Tapi nanti keburu ding...."
Kalimatku menggantung; Jun membungkam bibirku dengan bibirnya. Aku bisa merasakan bibirnya mengisap lembut bibir bawahku; kemudian lidahnya yang lembut melesak masuk; bergerak-gerak, mencari lidahku. Tak perlu waktu lama bagiku untuk mengikuti irama ciumannya. Semakin lama gerakannya semakin cepat. Napasku mulai tersengal karena gerakan bibir dan lidah Jun semakin intensif. Ia memegang pinggangku dengan kedua telapak tangannya yang kokoh, sehingga perutku menempel di perutnya, dadaku menempel di dadanya. Tangan Jun mengelus-elus punggungku dengan penuh gairah, sehingga t-shirt bagian belakangku naik.
Jun melumatku tanpa ampun, membuat ujung-ujung jemariku seperti tersengat aliran listrik. Tubuhku memanas, padahal suhu diluar dingin dan hujan deras masih terus membasahi kota Tokyo.
"Sho." tiba-tiba Jun melepaskan bibirnya.
"Ya?" suaraku serak dan masih berusaha mencerna apa yang terjadi barusan.
"Maaf. Tapi aku tidak bisa menahannya. Apalagi ketika melihat wajahmu, aku...aku.....aku benar-benar...." Jun menundukkan kepalanya namun tangannya masih memegang lenganku dan aku masih belum bisa bergerak sedikitpun.
"Jun..." aku tidak mampu berkata-kata.
"Sho, aku....aku menyukaimu." Jun kembali menatapku. Tatapan yang lembut dan terasa begitu hangat.
Aku luluh dan hanya bisa tersenyum. "Aku juga".
.......
"Woooww, nabe!" Jun bersorak kegirangan melihat sepanci nabe yang telah mendidih di hadapannya. "Hujan-hujan begini memang paling pas menyantap nabe." Jun tersenyum ke arahku.
"Aku khusus membuatkannya untukmu." aku ikut tersenyum.
"Itadakima---su!" kami berdua mengatupkan kedua tangan dan bersiap menyantap nabe di hadapan kami.
......
"Kamu benar-benar akan pulang?" kuperhatikan Jun yang siap-siap mengambil ranselnya di samping tempat tidurku.
"Kenapa, Sho-kun? Kamu kesepian tanpa aku?" tanyanya genit sambil mengedipkan sebelah matanya, "Padahal baru semalam kita tidur berdua, Sho-kun sudah sebegitunya sama aku..." Jun tak henti-hentinya menggodaku.
"Bu...Bukan begitu tau! Aku hanya khawatir kalau-kalau masalah di rumahmu belum beres, nanti kamu makin frustasi." aku mencoba mengelak, "Dan lagi apanya yang tidur berdua?! Kita kan cuma tidur sebelah-sebelahan saja! Jangan salah paham ya!" napasku tersengal-sengal ssambil berusaha menyembunyikan wajahku yang mulai memanas.
"Hai' Hai'. Wakarimashita." Jun mendekat ke arahku dan menepuk-nepuk kepalaku dengan lembut, "Sho kalau lagi marah manis banget...hihi." dia malah cekikikan.
"Sudah, ah! Sana pulang!" aku membalikkan badanku dan berjalan menjauhi Jun yang masih tersenyum nakal.
Saat kupikir Jun sudah keluar dari apartemen, tiba-tiba tubuhku dipeluk dari belakang. Jun mulai menciumi belakang kepalaku bertubi-tubi. Lalu berpindah ke telinga; hawa hangat napasnya mengenai pipiku; bunyi hembusannya yang agak tersengal membuat bulu kudukku berdiri. Aku hanya diam saja sembari mengelus-elus lengan kokohnya yang melingkari bagian atas dadaku. Kupejamkan mata ketika ia mengarahkan ciuman ke leherku. Agak lama ia memainkan bibirnya di sana, memberikan kecupan-kecupan kecil yang sangat melenakan. Aku sangat menikmati apa yang dilakukan Jun padaku.
"Aku pulang dulu ya. Nanti malam kutelepon." Jun berbisik.
(Kalian ini pada ngapain siihhhh?!! #ngiri #Eh)
"I wanna feel your love 吹き抜ける その調べどこへ行く?
I wanna feel your love 抱きしめたいんだ 夢の中でも but you were mine"
(I wanna feel your love berhembus, kemana harusku pergi untuk mencarinya?
I wanna feel your love aku ingin memelukmu, meski di dalam mimpi but you were mine)
<Arashi - Sugar and Salt>
(Gara-gara kebanyakan nonton Shitsuren Chocolatier, jadinya ngebayangin MatsuJun kayak gitu dengan partner Sho *hadeuhh* Kenapa malah jadi kacau beginiiiiiii?! Ah, sudahlah yang penting saya puas lihat Sakumoto bersatu kembali. Yang lainnya nunggu giliran buat muncul yaa.)
No comments:
Post a Comment